Kerusakan ekosistem mangrove di Pulau Curiak, Kalimantan Selatan, kini mulai menunjukkan dampak serius terhadap populasi udang galah (Macrobrachium rosenbergii), salah satu spesies air tawar bernilai ekonomi tinggi. Pulau Curiak yang terletak di Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala, selama ini dikenal sebagai habitat penting bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk udang galah yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang sangat vital. Akar-akarnya yang rapat menjadi tempat ideal bagi berbagai biota laut dan air payau, termasuk tempat berlindung, bertelur, dan membesarkan anak bagi udang galah. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, ekosistem mangrove di kawasan ini mengalami kerusakan akibat berbagai aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan, penebangan liar, dan sedimentasi yang berlebihan.
SUMBER GAMBAR : KILAUBERITA.ONLINE
Menurut data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Barito, lebih dari 30 persen kawasan mangrove di sekitar Pulau Curiak mengalami degradasi. Akibatnya, populasi udang galah yang biasanya mudah ditemukan oleh nelayan lokal kini semakin sulit ditangkap. Penurunan hasil tangkapan ini pun berdampak langsung pada penghasilan warga yang menggantungkan hidup dari hasil perikanan tradisional.
“Sekarang kami harus lebih jauh menyusuri sungai untuk mendapatkan udang galah. Dulu, di sekitar pulau saja sudah banyak,” ungkap Junaidi, seorang nelayan dari Desa Anjir Muara. Ia mengaku dalam seminggu hanya mendapatkan sekitar 2 hingga 3 kilogram udang, padahal sebelumnya bisa mencapai 10 kilogram.
Lembaga konservasi lokal bersama pemerintah daerah telah mulai melakukan berbagai upaya pemulihan, seperti penanaman kembali mangrove dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem. Selain itu, Balai Riset Perikanan Perairan Umum juga sedang mengkaji kemungkinan budidaya udang galah secara semi-alami untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.
SUMBER GAMBAR : KILAUBERITA.ONLINE
Dosen biologi kelautan dari Universitas Lambung Mangkurat, Dr. Andini Wulandari, menjelaskan bahwa keberadaan mangrove tidak hanya penting bagi udang, tetapi juga berperan besar dalam menjaga kualitas air dan mencegah abrasi. “Mangrove itu fondasi ekosistem pesisir. Kalau rusak, seluruh rantai makanan ikut terganggu,” jelasnya.
Masyarakat dan pemangku kepentingan di Pulau Curiak diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan. Selain penting untuk keberlangsungan kehidupan biota seperti udang galah, kelestarian mangrove juga akan menentukan keberlanjutan ekonomi dan budaya masyarakat pesisir.
Dengan perencanaan yang baik, pelibatan masyarakat, dan penegakan regulasi lingkungan, ekosistem mangrove Pulau Curiak masih dapat dipulihkan. Dan jika hal ini berhasil, bukan hanya udang galah yang akan kembali melimpah, tetapi keseimbangan alam di kawasan ini pun dapat terjaga demi generasi yang akan datang.
Baca Juga : Pemutihan Pajak Kendaraan, Warga Serbu Samsat Sejak Subuh