Dolar AS Makin Perkasa, Rupiah Melemah ke Rp16.252 pada 12 Juni 2025
Jakarta, 12 Juni 2025 — Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan dominasinya terhadap rupiah. Pada Kamis pagi (12/6), kurs rupiah dibuka melemah tipis ke posisi Rp16.252 per dolar AS, turun dari penutupan sebelumnya di level Rp16.260.
Pelemahan ini menandai berlanjutnya tren penguatan dolar AS dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh sentimen global yang cenderung risk-off serta ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat yang tetap agresif.
SUMBER GAMBAR : KILAUBERITA
Kebijakan The Fed Jadi Katalis tentang Dolar AS Makin Perkasa
Salah satu faktor utama penguatan dolar AS adalah sikap hati-hati The Federal Reserve yang diperkirakan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Meskipun data inflasi terbaru menunjukkan sedikit perlambatan, yaitu 3,2% year-on-year pada Mei 2025, The Fed tetap memberikan sinyal bahwa stabilitas harga masih menjadi prioritas utama.
Analis dari Samuel Sekuritas, Arie Santoso, menyebut bahwa investor global kembali menempatkan dananya ke aset-aset berbasis dolar karena dianggap lebih aman di tengah ketidakpastian global.
“Dengan belum adanya kepastian soal pemangkasan suku bunga, dolar AS tetap menjadi pilihan utama investor, terutama dalam kondisi pasar yang cenderung berhati-hati seperti sekarang,” jelas Arie.
Faktor Eksternal Membebani Rupiah dan membuat Dolar AS Makin Perkasa
Selain kebijakan The Fed, meningkatnya ketegangan geopolitik di Asia Timur dan konflik di Timur Tengah juga turut memicu pelarian modal ke mata uang safe haven seperti dolar AS. Hal ini membuat rupiah, seperti mata uang negara berkembang lainnya, berada dalam tekanan jual.
Harga minyak dunia yang masih tinggi turut memperburuk posisi neraca perdagangan Indonesia, yang bulan lalu hanya mencatatkan surplus tipis. Kenaikan biaya impor energi dapat menekan cadangan devisa dan menambah tekanan terhadap kurs rupiah.
SUMBER GAMBAR : KILAUBERITA
Stabilitas Domestik Belum Cukup Menahan Tekanan
Meskipun Bank Indonesia (BI) terus melakukan intervensi di pasar valas dan mempertahankan suku bunga acuan di level tinggi untuk menjaga daya tarik rupiah, tekanan dari eksternal masih terlalu kuat.
Data cadangan devisa Indonesia per Mei 2025 tercatat sebesar USD 143,9 miliar, masih cukup untuk membiayai 6 bulan impor. Namun, arus keluar dana asing dari pasar obligasi dan saham membuat nilai tukar rupiah rentan terkoreksi.
BI diperkirakan akan terus menjaga stabilitas rupiah dengan kombinasi kebijakan moneter ketat dan intervensi langsung di pasar valas.
Outlook Nilai Tukar Jangka Pendek
Para analis memperkirakan bahwa dalam jangka pendek, rupiah masih berpotensi melemah ke kisaran Rp16.270 – Rp16.300 per dolar AS, apalagi jika rilis data tenaga kerja AS pekan ini kembali menguat, yang akan memperkuat ekspektasi suku bunga tinggi di AS lebih lama.
Pelemahan rupiah juga menjadi tantangan bagi dunia usaha, khususnya sektor yang bergantung pada bahan baku impor. Di sisi lain, eksportir bisa mengambil manfaat dari kurs dolar yang tinggi.
Baca Juga : Kebijakan Kontroversial di RajaAmpat Ancam Hutan dan Alam