Beras Rokok dan Kopi
Berita Nasional

Beras Rokok dan Kopi Jadi Beban Utama Orang Miskin Di Indo

KilauBerita , Medan , Jumlah penduduk miskin di Indonesia kembali meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2025, terdapat 23,85 juta orang miskin di Tanah Air. Yang menarik perhatian adalah pola pengeluaran mereka yang relatif tetap dari waktu ke waktu. Beras, rokok kretek filter, dan kopi masih menjadi tiga komoditas yang paling banyak dibeli oleh masyarakat miskin, baik di kota maupun desa.

Dalam laporan resmi BPS yang dirilis Senin (28/7/2025), terlihat bahwa pengeluaran untuk beras dan rokok mendominasi. Di wilayah perkotaan, proporsi pengeluaran masyarakat miskin untuk beras mencapai 21,06%, sementara untuk rokok kretek filter mencapai 10,72%. Di perdesaan, porsi tersebut bahkan lebih tinggi untuk beras, yaitu 24,91%, dengan rokok menyumbang 9,99% dari total pengeluaran.

Konsumsi Terbesar Orang Miskin di Indonesia: Beras & Rokok menjadi buruan utama orang indonesia

“Pada Maret 2025, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan pada umumnya hampir sama. Beras masih memberikan sumbangan terbesar, disusul rokok kretek filter,” tulis BPS.

Selain beras dan rokok, masyarakat miskin juga mengalokasikan sebagian pengeluarannya untuk telur ayam ras, daging ayam, mie instan, gula pasir, dan kopi. Di perkotaan, kopi bubuk dan kopi sachet menyumbang 2,29% dari total pengeluaran masyarakat miskin, sedangkan di perdesaan sebesar 2,16%. Ini menunjukkan bahwa kopi bukan sekadar minuman, tapi bagian dari kebiasaan hidup yang tetap dipertahankan meski dalam keterbatasan.

KilauBerita , Jika dilihat lebih luas, komoditas makanan menyumbang 73,67% dari garis kemiskinan di perkotaan dan 76,07% di perdesaan. Artinya, sebagian besar pengeluaran masyarakat miskin difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sementara itu, komoditas bukan makanan menyumbang 26,33% di kota dan 23,93% di desa.

Beras dan Rokok Beban Terbesar Warga Miskin Indonesia - Suara Radar Cakra  Buana %.

Komoditas bukan makanan yang paling besar pengeluarannya adalah perumahan (9,11% di perkotaan, 8,99% di perdesaan), diikuti bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Meskipun proporsinya tidak sebesar makanan, pengeluaran ini tetap berkontribusi signifikan terhadap garis kemiskinan.

Garis kemiskinan sendiri ditetapkan berdasarkan nilai pengeluaran minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Per Maret 2025, garis kemiskinan nasional berada di angka Rp 609.160 per kapita per bulan, meningkat 2,34% dari September 2024.

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa pengeluaran masyarakat miskin masih terjebak pada kebutuhan paling dasar, bahkan mengarah ke konsumsi yang tidak produktif seperti rokok. Beberapa ahli menyebutkan bahwa tingginya konsumsi rokok di kalangan miskin justru memperburuk kondisi ekonomi rumah tangga, karena mengurangi alokasi dana untuk makanan bergizi atau pendidikan anak.

Untuk itu, pemerintah didorong untuk lebih aktif dalam memberikan edukasi konsumsi sehat, serta mempertimbangkan program bantuan yang lebih terarah seperti subsidi bahan pangan, akses perumahan terjangkau, dan pengendalian harga kebutuhan pokok.

Kondisi ini menjadi cerminan bahwa kemiskinan bukan hanya soal pendapatan rendah, tapi juga terkait dengan pola konsumsi dan akses terhadap sumber daya dasar yang belum merata.

Baca Juga : SUV Mitsubishi Destinator Resmi Meluncur: Harga mulai 385 Juta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *