Jakarta, KilauBerita – Sebuah laporan investigatif dari The Washington Post memicu perdebatan panas dunia internasional. Laporan tersebut mengungkap rencana kontroversial yang disebut berasal dari pemerintahan Donald Trump terkait masa depan Gaza. Ide ini langsung dijuluki sebagai salah satu skema geopolitik paling berani sekaligus paling problematis yang pernah dilontarkan di kawasan Timur Tengah.
Rencana Gila Trump dan Skema Perwalian Selama 10 Tahun
Menurut dokumen yang bocor ke publik, Amerika Serikat disebut tengah mempertimbangkan untuk mengambil alih pengelolaan Gaza melalui skema perwalian atau trusteeship selama satu dekade. Dalam skema ini, Washington tidak hanya bertindak sebagai mediator politik, melainkan juga menjadi pihak yang memegang kendali penuh atas sistem pemerintahan, ekonomi, dan infrastruktur Gaza.
Alasan resmi yang dikemukakan dalam proposal tersebut adalah memberikan “stabilitas sementara” bagi kawasan yang sudah puluhan tahun dilanda konflik berkepanjangan. Namun di balik narasi stabilisasi, terselip ambisi besar: merombak total Gaza menjadi pusat kota modern berbasis kecerdasan buatan (AI).
Relokasi 2 Juta Penduduk Gaza atas Rencana Gila Trump
Potret warga gaza mengungsi dari daerah konflik (Sumber:adminberita/kilauberitaonline)
Rencana Gila Trump: Gaza Akan Disulap Jadi Kota AI Modern Bagian paling menghebohkan dari rencana ini adalah ide relokasi massal lebih dari 2 juta penduduk Gaza. Warga disebut akan dipindahkan secara sementara ke wilayah penampungan di luar area pembangunan, sehingga lahan Gaza bisa digunakan untuk membangun enam hingga delapan kota pintar yang dilengkapi teknologi canggih.
Sebagai ganti hak atas tanah, para warga akan diberikan token digital. Token ini, menurut klaim perancang proyek, dapat ditukar dengan properti baru atau kompensasi finansial setelah pembangunan selesai. Skema ini dinilai sebagai bentuk digitalisasi hak tanah pertama dalam sejarah konflik modern, namun sekaligus menuai pertanyaan besar soal legalitas dan hak asasi manusia.
Baca Juga : Ada Gerhana Bulan Total 7 seotember bisa di lihat langsung
Gaza GREAT Trust
Rencana besar ini diberi nama Gaza Reconstitution, Economic Acceleration and Transformation Trust (GREAT Trust). Beberapa sumber menyebut proyek ini mendapat dukungan dari individu-individu berpengaruh di Israel yang melihat peluang ekonomi raksasa dari pembangunan metropolitan futuristik tersebut.
Donald Trump sendiri digambarkan ingin menjadikan Gaza sebagai “etalase dunia” dalam pengembangan kota berbasis AI. Proyek ini diproyeksikan mampu menarik miliaran dolar investasi global, membuka lapangan kerja baru, sekaligus memperkuat posisi Amerika Serikat sebagai pemain utama dalam percaturan geopolitik dan teknologi.
Kritik Tajam dari Berbagai Pihak
Meski terdengar ambisius, rencana GREAT Trust menuai gelombang kritik dari berbagai pihak.
-
Negara-negara Arab mengecam keras proposal tersebut dan menilainya sebagai bentuk penjajahan gaya baru yang mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.
-
Sejumlah negara Eropa menegaskan bahwa relokasi paksa penduduk adalah pelanggaran serius terhadap hukum internasional, khususnya Konvensi Jenewa.
-
PBB memperingatkan risiko bencana kemanusiaan baru. Badan dunia itu menegaskan bahwa memindahkan jutaan warga dari tanah kelahirannya tidak hanya menimbulkan trauma kolektif, tetapi juga berpotensi memicu konflik regional yang lebih luas.
Selain itu, banyak pengamat politik meragukan kelayakan teknis dan finansial dari proyek ini. Gaza saat ini merupakan salah satu kawasan paling padat dan miskin di dunia, dengan akses terbatas terhadap listrik, air bersih, dan bahan bakar. Membangun kota AI futuristik di wilayah yang masih dipenuhi reruntuhan akibat konflik dinilai lebih sebagai mimpi utopis ketimbang rencana realistis.
Analisis Pengamat Internasional
Rencana Gila Trump menurut Pengamat internasional mengenai daerah gaza (Sumber:adminberita/kilauberitaonline)
Beberapa analis berpendapat bahwa rencana ini sebenarnya bukan hanya soal pembangunan ekonomi, melainkan upaya untuk menggeser isu Palestina dari agenda global. Dengan mengubah Gaza menjadi proyek teknologi raksasa, fokus dunia bisa dialihkan dari persoalan hak rakyat Palestina menuju investasi dan modernisasi.
Namun, pendekatan seperti ini justru dianggap berbahaya. Alih-alih menyelesaikan akar masalah, yaitu konflik politik dan hak atas tanah, proyek ini bisa memperdalam jurang ketidakadilan dan memperpanjang penderitaan rakyat Gaza.
Masa Depan Gaza Jadi Taruhan
Hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari pihak Gedung Putih mengenai detail final dari proposal ini. Beberapa pejabat yang dekat dengan Trump masih menolak berkomentar, sementara sejumlah laporan menyebut pembahasan proyek masih dalam tahap awal.
Meski begitu, gaung dari ide ini sudah cukup untuk mengguncang dunia. Banyak yang bertanya-tanya apakah Gaza benar-benar akan diubah menjadi pusat kota futuristik berbasis AI, atau justru menjadi episentrum konflik baru akibat ambisi politik dan ekonomi global.
Yang jelas, masa depan Gaza kini kembali dipertaruhkan. Apakah GREAT Trust akan menjadi jalan menuju transformasi besar, atau sekadar menambah daftar panjang kontroversi politik Donald Trump, hanya waktu yang bisa menjawabnya.