35 Siswa Keracunan
Berita Nasional

35 Siswa Keracunan Diduga Akibat Roti MBG di Lampung Timur

LAMPUNG, KilauBerita – 35 Siswa Keracunan Diduga Akibat Roti MBG di Lampung Timur, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah di Kabupaten Lampung Timur kembali menuai sorotan. Puluhan siswa dari lima sekolah dilaporkan mengalami keracunan setelah menyantap menu roti isi sosis yang dibagikan pada Jumat (26/9/2025). Akibat insiden ini, sebanyak 35 siswa harus dilarikan ke rumah sakit setempat untuk mendapatkan perawatan medis.

Awal Mula Kejadian

35 Siswa Keracunan Diduga Akibat Roti MBG di Lampung Timur, Keracunan massal ini terjadi di Kecamatan Bumi Agung dan Kecamatan Sukadana. Dari data sementara, korban berasal dari tiga sekolah dasar dan satu SMP di Bumi Agung, serta satu sekolah dasar di Sukadana. Gejala yang dialami para siswa meliputi mual, muntah, pusing, dan lemas setelah mengonsumsi makanan program MBG.

Orang tua murid mulai panik ketika anak-anak mereka menunjukkan tanda-tanda sakit tidak lama setelah pulang sekolah. Beberapa siswa bahkan langsung dibawa ke puskesmas sebelum akhirnya dirujuk ke rumah sakit kabupaten.


Potret beberapa siswa yang mengalami keracunan akibat Roti MBG (sum/adminberita)

Kesaksian Orang Tua Murid

Suryaningsih (34), salah satu wali murid, mengungkapkan kondisi tidak layak dari makanan yang dibagikan. Menurutnya, sosis dalam roti tersebut sudah menunjukkan tanda-tanda busuk.
“Dia nggak makan (MBG) kemarin, pas saya cek kok sosisnya lengket dan berlendir sama agak bau. Terus dia buang, nggak dimakan,” kata Suryaningsih saat dihubungi pada Sabtu (27/9/2025).

Kesaksian ini menguatkan dugaan bahwa makanan yang didistribusikan melalui program MBG tidak melalui proses penyimpanan dan distribusi yang benar, sehingga kualitasnya menurun sebelum sampai ke tangan siswa.

Tindakan Kepolisian dan Pemeriksaan Dapur Pemasok

Pihak kepolisian bertindak cepat dengan melakukan penyelidikan ke dapur SPPG Bumi Tinggi, yang diketahui sebagai pemasok roti isi sosis. Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Yuni Iswandari, membenarkan hal tersebut.
“Kita sudah cek kondisi dapur SPPG itu, sampel juga sudah kita kirim ke Dinas Kesehatan,” ujar Yuni.

Baca Juga : Jakarta Kota Budaya Betawi Global kental dengan budaya betawi

Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan apakah makanan benar-benar menjadi sumber keracunan serta menilai bagaimana standar kebersihan dan penyimpanan di dapur penyedia. Selain itu, polisi juga akan meminta keterangan dari pengelola dapur, tenaga distribusi, hingga pihak sekolah yang menerima makanan.

Data Korban dan Kondisi Terkini

Menurut data kepolisian, sebanyak 35 siswa menjadi korban. Dari jumlah tersebut, 28 di antaranya adalah siswa sekolah dasar dan tujuh lainnya berasal dari sekolah menengah pertama.
Hingga Sabtu siang, sebagian siswa sudah diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik. Namun, beberapa masih menjalani observasi di rumah sakit untuk memastikan tidak ada komplikasi lebih lanjut akibat keracunan makanan.

Tenaga medis yang menangani kasus ini menyebutkan bahwa kondisi siswa secara umum stabil. Namun, mereka tetap waspada terhadap kemungkinan dehidrasi dan infeksi akibat makanan yang sudah tercemar.

Sorotan pada Program MBG

Insiden ini memicu perhatian publik, karena program Makan Bergizi Gratis sejatinya dirancang untuk meningkatkan asupan gizi siswa, bukan justru membahayakan kesehatan mereka. Pemerintah daerah sebelumnya menekankan pentingnya program ini sebagai bagian dari upaya mendukung tumbuh kembang anak dan mencegah gizi buruk.

Namun, kejadian di Lampung Timur memperlihatkan adanya celah besar dalam pengawasan kualitas makanan, mulai dari dapur produksi, jalur distribusi, hingga proses penerimaan di sekolah.

Sejumlah pihak menilai perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap vendor yang ditunjuk untuk menyediakan makanan. Pengawasan dari dinas terkait, baik Dinas Pendidikan maupun Dinas Kesehatan, dianggap mutlak dilakukan agar insiden serupa tidak kembali terjadi.

Polda Masih Lakukan Penyelidikan Terkait Temuan BBM Subsidi di Rumah Kakam  Lampung Tengah - Tribunlampung.co.id

Penyelidikan Lanjutan

Kepolisian masih menunggu hasil uji laboratorium dari sampel roti isi sosis yang sudah diambil. Hasil ini akan menjadi acuan untuk memastikan apakah keracunan massal benar-benar berasal dari makanan program MBG atau ada faktor lain.

“Kita masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Kesehatan. Nanti dari situ baru bisa disimpulkan penyebab pastinya,” tambah Kombes Yuni.

Sementara itu, pihak sekolah yang terdampak juga diminta memberikan laporan rinci terkait jumlah siswa yang menerima dan mengonsumsi roti isi sosis tersebut. Hal ini untuk membantu proses penyelidikan sekaligus evaluasi internal penyelenggaraan program MBG.

Reaksi Masyarakat

Masyarakat Lampung Timur, khususnya para orang tua murid, menaruh harapan besar agar pemerintah serius menangani kasus ini. Mereka menginginkan adanya jaminan bahwa makanan yang dibagikan kepada siswa aman, sehat, dan sesuai standar gizi.

“Kami mendukung program ini, tapi tolong awasi benar-benar. Jangan sampai anak-anak jadi korban lagi,” kata salah satu orang tua siswa di Sukadana.

Penutup

Kasus 35 Siswa Keracunan makanan akibat program MBG di Lampung Timur menjadi tamparan keras bagi penyelenggara. Program yang seharusnya memberi manfaat justru menimbulkan masalah kesehatan bagi siswa.

Dengan 35 siswa yang menjadi korban, insiden ini menegaskan perlunya pengawasan ketat, transparansi, dan tanggung jawab dari semua pihak yang terlibat, mulai dari penyedia makanan, pemerintah daerah, hingga pengawas lapangan. Hasil penyelidikan kepolisian dan Dinas Kesehatan akan sangat menentukan arah perbaikan program MBG di masa mendatang, sekaligus mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *