KilauBerita – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan peristiwa Ambruknya Ponpes Al-Khoziny bangunan Pondok Pesantren di Sidoarjo sebagai bencana non-alam terbesar tahun 2025. Kejadian memilukan yang menelan puluhan korban jiwa itu kini menjadi fokus nasional, sekaligus peringatan keras terhadap pentingnya standar keselamatan dalam pembangunan fasilitas pendidikan dan keagamaan di Indonesia.
Musibah ini terjadi pada akhir September 2025, ketika bagian bangunan utama pesantren yang tengah diperluas tiba-tiba roboh. Suara dentuman keras disusul kepulan debu tebal membuat warga sekitar panik. Puluhan santri dan pekerja bangunan yang berada di dalam ruangan tertimpa reruntuhan dalam hitungan detik.
Kepala BNPB Letjen TNI (Purn) Hadi Susilo menyebut, peristiwa ini bukan hanya tragedi lokal, tetapi kejadian bencana terbesar sepanjang tahun dilihat dari jumlah korban dan skala kerusakan. “Dari seluruh catatan bencana yang terjadi selama 2025, baik banjir, longsor, maupun kebakaran, tidak ada yang menelan korban sebanyak ini,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/10/2025).
BNPB mengerahkan tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, PMI, serta relawan lokal untuk mempercepat proses evakuasi. Lebih dari 300 personel diterjunkan ke lokasi dengan peralatan berat dan anjing pelacak. Evakuasi berlangsung selama beberapa hari karena banyak korban tertimbun di antara puing beton dan besi bangunan.
KilauBerita – Hingga proses pencarian terakhir, jumlah korban meninggal dunia tercatat mencapai 50 orang, sementara puluhan lainnya mengalami luka berat dan ringan. Beberapa korban masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit daerah.
Menurut laporan sementara, dugaan awal penyebab ambruknya bangunan mengarah pada kelemahan struktur penyangga. Saat kejadian, proses pengecoran atap baru saja dilakukan dan belum mengering sempurna. Beban tambahan dari material dan pekerja di atasnya diduga memicu runtuhnya konstruksi.
Ambruknya Ponpes Al-Khoziny dan Hadi menegaskan bahwa pihaknya tidak hanya fokus pada penanganan darurat, tetapi juga melakukan kajian mendalam agar kejadian serupa tidak terulang. “Kami akan mendorong audit teknis terhadap seluruh bangunan pendidikan berbasis pesantren, terutama yang sedang melakukan renovasi atau perluasan,” katanya.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari pasca insiden tersebut. Bupati Sidoarjo, dalam pernyataannya, menyebut bahwa seluruh biaya penanganan korban, mulai dari evakuasi hingga pemakaman, ditanggung penuh oleh pemerintah daerah.
Sementara itu, pihak kepolisian mulai melakukan penyelidikan mendalam. Beberapa saksi telah diperiksa, termasuk mandor proyek, penyedia bahan bangunan, dan pihak yayasan. Polisi juga menyegel area bangunan yang roboh untuk memastikan tidak ada aktivitas yang bisa mengganggu proses olah TKP.
Di sisi lain, dukacita mendalam mengalir dari seluruh penjuru negeri. Ucapan belasungkawa datang dari tokoh agama, pejabat pemerintah, hingga masyarakat umum. Banyak yang menilai tragedi ini sebagai momentum untuk introspeksi terhadap cara pembangunan di lembaga pendidikan berbasis keagamaan, yang sering kali dilakukan tanpa pengawasan teknis memadai.
BNPB menegaskan bahwa aspek keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap proyek pembangunan. “Pembangunan rumah ibadah dan lembaga pendidikan tidak boleh mengabaikan standar konstruksi hanya demi efisiensi biaya. Setiap nyawa yang hilang menjadi tanggung jawab moral kita bersama,” tegas Hadi.
Kini, setelah proses evakuasi berakhir, BNPB bersama Kementerian PUPR dan pemerintah daerah akan memulai tahap rehabilitasi serta rekonstruksi. Reruntuhan bangunan direncanakan dibersihkan sepenuhnya sebelum dilakukan pembangunan kembali dengan sistem keamanan yang lebih ketat.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa keselamatan tidak bisa dinegosiasikan. Di tengah upaya membangun sarana pendidikan yang lebih baik, kelalaian sekecil apa pun dalam konstruksi bisa berubah menjadi malapetaka besar. Bagi para korban dan keluarganya, luka kehilangan ini mungkin tak akan hilang dalam waktu singkat, namun bagi bangsa, peristiwa ini harus menjadi pelajaran agar tak ada lagi nyawa yang melayang karena kelalaian manusia.
Baca Juga : Marquez Kecelakaan di Mandalika Kutukan Berlanjut Lagi ?