Kemenhut Sebut Kayu Terbawa Banjir Dapat Dimanfaatkan
Berita Nasional - info

Kemenhut Sebut Kayu Terbawa Banjir Dapat Dimanfaatkan

KilauBerita – Kemenhut Sebut Kayu Terbawa Banjir Dapat Dimanfaatkan

Kemenhut Sebut Kayu Dapat Dimanfaatkan Setiap kali banjir besar melanda, satu pemandangan hampir selalu muncul: sungai penuh batang kayu, ranting berserakan, dan potongan kayu besar yang tersangkut di jembatan atau bantaran. Selama ini, kayu-kayu tersebut sering dipandang sebagai masalah tambahan setelah bencana. Padahal, menurut pemerintah, material itu justru menyimpan potensi.

Kementerian Kehutanan menyampaikan bahwa kayu yang terbawa arus banjir dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa tidak semua kayu di alam otomatis masuk kategori ilegal, terutama jika kayu tersebut hanyut akibat bencana alam dan sudah tidak berada di kawasan hutan asalnya.

Kemenhut Sebut Kayu Dari Risiko Banjir ke Peluang Manfaat

Kayu hanyut bukan sekadar pemandangan pascabanjir. Jika dibiarkan, tumpukan kayu bisa mempersempit alur sungai, merusak jembatan, dan memicu banjir lanjutan. Karena itu, pembersihan kayu menjadi langkah penting dalam penanganan pascabencana.

Di sinilah pemanfaatan mulai masuk akal. Kayu yang diangkat dari sungai tidak harus berakhir sebagai limbah. Dengan pengelolaan yang tepat, material ini bisa diolah kembali untuk kebutuhan masyarakat, mulai dari kayu bakar, bahan bangunan darurat, hingga produk kerajinan skala kecil.

Kemenhut Sebut Kayu Tidak Disamakan dengan Pembalakan Liar

Kemenhut menegaskan bahwa kayu terbawa banjir memiliki status berbeda dengan kayu hasil penebangan. Kayu ini berpindah lokasi karena faktor alam, bukan karena aktivitas manusia. Namun demikian, pemerintah tetap memberi garis tegas agar kebijakan ini tidak dijadikan celah oleh pihak-pihak yang ingin menyamarkan aktivitas ilegal.

Intinya jelas: yang dapat digunakan adalah kayu yang benar-benar hanyut akibat banjir. Bukan kayu yang sengaja ditebang lalu “hanyut”. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah dan otoritas lokal sangat penting dalam proses pengawasan.

Kemenhut Sebut Kayu Peran Pemerintah Daerah dan Masyarakat Lokal

Dalam praktiknya, pendataan kayu banjir biasanya melibatkan pemerintah desa, dinas kehutanan daerah, dan tokoh masyarakat. Model ini dinilai paling efektif karena warga lokal memahami betul kondisi lapangan. Mereka tahu asal-usul kayu, jalur banjir, dan pola aliran sungai di wilayahnya.

Keterlibatan masyarakat juga membuat proses pemanfaatan terasa lebih adil. Kayu tidak dikuasai segelintir pihak, melainkan digunakan untuk kepentingan bersama. Di beberapa daerah, kayu banjir bahkan dimanfaatkan untuk membangun kembali fasilitas umum yang rusak akibat bencana.

Dampak Ekonomi yang Nyata

Bagi warga terdampak banjir, kehilangan mata pencaharian sering menjadi masalah lanjutan setelah air surut. Sawah rusak, usaha berhenti, dan biaya pemulihan tidak kecil. Dalam konteks ini, kayu hanyut bisa menjadi sumber penghasilan alternatif.

Kayu dapat dijual dalam bentuk mentah sesuai ketentuan, atau diolah menjadi produk bernilai tambah. Meja sederhana, kursi, papan, hingga kerajinan lokal memiliki pasar tersendiri, terutama di daerah. Jika dikelola serius, pemanfaatan kayu banjir bisa menjadi pemantik ekonomi mikro berbasis komunitas.

Tetap Harus Jaga Lingkungan

Meski memberi ruang pemanfaatan, Kemenhut mengingatkan bahwa aspek lingkungan tidak boleh diabaikan. Tidak semua kayu harus diambil dari sungai. Dalam beberapa kondisi, material organik tertentu tetap dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem perairan.

Karena itu, pembersihan dan pemanfaatan harus selektif. Fokusnya adalah mengurangi risiko bencana, bukan menguras sungai secara berlebihan. Prinsip ini penting agar kebijakan yang bertujuan baik tidak berujung pada kerusakan lingkungan baru.

Edukasi dan Aturan yang Jelas

Agar kebijakan ini berjalan efektif, sosialisasi menjadi kunci. Masyarakat perlu tahu batasan yang diperbolehkan dan prosedur yang harus diikuti. Tanpa pemahaman yang sama, potensi konflik dan penyalahgunaan akan selalu ada.

Kemenhut mendorong pemerintah daerah untuk aktif memberikan edukasi, termasuk soal pelaporan, distribusi, dan penggunaan kayu. Dengan aturan yang transparan, kepercayaan publik bisa terjaga dan tujuan pemanfaatan dapat tercapai.

Menghidupkan Kembali Kearifan Lama

Menariknya, pemanfaatan kayu hanyut bukan konsep baru. Di banyak daerah, praktik ini sudah dilakukan sejak lama sebagai bagian dari kearifan lokal. Bedanya, kini praktik tersebut mulai diberi kerangka hukum dan pengawasan agar sesuai dengan kebutuhan zaman.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa solusi modern tidak selalu harus meninggalkan cara lama. Justru dengan merapikan praktik tradisional, manfaatnya bisa dirasakan lebih luas tanpa merusak tatanan alam.

Ketangguhan Aceh Mengatasi Langka Gas dengan Memungut Kayu di ...

Menutupi

Pernyataan Kemenhut soal pemanfaatan kayu terbawa banjir memberi sudut pandang baru dalam penanganan pascabencana. Kayu yang dulu dianggap masalah kini bisa menjadi solusi, asalkan dikelola dengan aturan yang jelas dan niat yang benar.

Banjir memang membawa kerugian, tapi cara kita mengelola dampaknya menentukan seberapa cepat masyarakat bisa bangkit. Dan dalam konteks ini, kayu hanyut bukan lagi sekadar sisa bencana, melainkan peluang yang menunggu untuk dimanfaatkan secara bijak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *