KilauBerita – Penyeberangan Darurat Sungai Juli Usai Banjir Bandang Aceh
Penyeberangan Darurat Sungai Juli Banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bireuen, Aceh, kembali menunjukkan betapa rentannya akses masyarakat ketika infrastruktur utama terdampak bencana. Salah satu lokasi yang paling mendapat perhatian adalah kawasan Sungai Juli. Kerusakan jembatan penghubung akibat derasnya arus banjir membuat warga di sekitar sungai tersebut harus menghadapi kondisi sulit untuk mobilitas sehari-hari. Sebagai solusi cepat, masyarakat bersama tim tanggap darurat menyiapkan penyeberangan darurat yang digunakan sebagai jalur alternatif.
Penyeberangan darurat ini menjadi titik aktivitas penting setelah jembatan yang biasa digunakan warga tidak bisa dilewati. Jembatan yang berada di Desa Juli Tanjong Awe itu dilaporkan mengalami kerusakan cukup parah, sebagian konstruksinya hilang terseret arus. Kondisi itu membuat masyarakat di kedua sisi sungai terisolasi. Untuk membantu kebutuhan dasar masyarakat, warga berinisiatif membuat penyeberangan sederhana menggunakan perahu, rakit, dan tali yang diikat kuat di kedua sisi sungai sebagai alat bantu keamanan.
Sejak pagi hari, penyeberangan ini dipenuhi warga yang mengantre untuk menyeberang. Ada anak sekolah yang harus tetap hadir meski situasi belum pulih, pekerja yang hendak menuju tempat kerja, hingga warga yang berbelanja kebutuhan pokok. Meskipun fasilitas penyeberangan darurat tampak sederhana, kehadirannya sangat berarti bagi warga yang tidak memiliki pilihan lain.
Di lokasi, sejumlah aparat desa dan relawan terlihat membantu menjaga arus warga agar tetap tertib. Mereka memastikan setiap orang menyeberang dengan aman, terutama saat arus sungai meningkat. Para relawan juga membantu menyeberangkan warga lansia, ibu hamil, serta anak-anak yang dianggap lebih rentan. Pada waktu tertentu, aparat harus menghentikan sementara penyeberangan ketika air sungai memuncak demi keamanan.
Banjir bandang ini sendiri terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah Aceh selama beberapa hari berturut-turut. Debit air di sungai meluap, membawa material lumpur, batu, dan kayu besar yang akhirnya merusak sejumlah fasilitas umum. Selain jembatan, lahan pertanian warga juga mengalami kerusakan, terutama sawah yang baru memasuki masa tanam. Banyak petani mengaku mengalami kerugian cukup besar dan harus memulai kembali dari awal.
Pemerintah Kabupaten Bireuen melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyampaikan bahwa proses penanganan darurat sudah dilakukan sejak hari pertama banjir. Tim gabungan diterjunkan untuk membantu evakuasi warga terdampak, membuka akses darurat, serta mendata kebutuhan mendesak masyarakat. BPBD juga mengatakan sedang berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mempercepat pembangunan jembatan sementara agar aktivitas warga bisa lebih lancar.
Sementara itu, pihak Dinas Pekerjaan Umum menegaskan bahwa perbaikan jembatan permanen membutuhkan waktu karena harus melalui proses desain ulang, penguatan struktur, dan audit keselamatan konstruksi. Namun, mereka memastikan pembangunan jembatan darurat bakal diprioritaskan agar warga tidak terlalu lama bergantung pada penyeberangan rakit yang kapasitasnya terbatas dan rawan terhadap cuaca.
Banjir bandang ini juga membawa dampak psikologis bagi sebagian warga. Banyak yang mengaku cemas setiap kali hujan mulai turun, mengingat kejadian serupa pernah terjadi beberapa tahun sebelumnya. Warga berharap pemerintah dapat memberikan solusi jangka panjang, seperti penguatan tanggul sungai, reboisasi hulu, dan sistem peringatan dini yang lebih efektif.

Meski dalam kondisi sulit, solidaritas warga tetap menjadi hal yang paling menonjol. Di sepanjang tepian Sungai Juli, warga bergotong-royong memperbaiki jalur akses kecil yang bisa dimanfaatkan untuk sementara. Mereka saling membantu mengangkut barang, memudahkan anak sekolah menyeberang, hingga menyediakan makanan bagi relawan yang bertugas sejak pagi.
Kondisi cuaca yang tidak menentu masih menjadi tantangan utama. Arus sungai kadang tiba-tiba menguat karena kiriman air dari hulu. Beberapa relawan mengatakan bahwa mereka harus selalu waspada agar tidak terjadi kecelakaan di penyeberangan darurat. Meski begitu, hingga kini penyeberangan masih berjalan cukup lancar, dan belum ada laporan terkait insiden yang membahayakan.
Banjir bandang yang melanda Aceh memang bukan hal baru. Setiap tahun, wilayah ini selalu berada dalam daftar daerah rawan bencana hidrometeorologi. Namun, kejadian di Sungai Juli menjadi pengingat bahwa infrastruktur vital perlu terus diawasi dan diperkuat agar tidak mudah rusak ketika bencana terjadi. Warga juga berharap ada upaya penanganan lebih serius, agar mereka tidak harus terus-menerus bergantung pada penyeberangan darurat setiap kali sungai meluap.
Meski situasinya belum pulih sepenuhnya, semangat warga untuk bangkit tetap terlihat jelas. Penyeberangan darurat bukan hanya cara mereka bertahan, tetapi juga simbol bahwa kebersamaan selalu menjadi kekuatan utama dalam menghadapi bencana. Dengan dukungan pemerintah, relawan, dan masyarakat, diharapkan akses permanen dapat segera dibangun dan kehidupan warga kembali normal seperti sebelumnya.